Sabtu, 06 Juli 2013

Seni Tradisional di negeri Asa;



jumpa lagi sobat.. kali ini aku posting tugas kuliah waktu semester V ni. waktu itu aku dapat tugas mata kuliah Pengembangan Seni  bahasa tradisional untuk anak usia dini untuk membuat sebuah essay tentang 
"Nasib Seni Tradisi Indonesia di Negeri Asal"

yuk kita simak ,, :)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni tradisi. Tradisi diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara berulang dan menjadi kebiasaan. Karawitan dan tembang dolanan merupakan seni tradisi Indonesia yang saat ini tidak hanya hidup di Jawa atau Indonesia, akan tetapi juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan di manca negara yang membuat kita sebagai seorang warga negara Indonesia bangga karena seni tradisi Indonesia di manca negara tidak hanya sebagai sebuah festival. Banyak sekali orang – orang luar negeri yang antusias untuk mempelajari seni tradisi Indonesia seperti gamelan yang sering digunakan dalam pewayangan, karawitan, dan iringan tari Jawa. Ironisnya, kehidupan karawitan dan tembang dolanan di Indonesia mengalami pasang surut bahkan cenderung mengalami kemunduran.
Kemunduran seni tradisi di Indonesia dapat dilihat dari indikator – indikator berikut ini, pertama anak muda Indonesia lebih suka mendengarkan lagu – lagu yang ngerock, lagu band – band favorit mereka dibandingkan mendengarkan karawitan dan tembang dolanan. Kedua, hampir tidak ada anak kecil yang mengenal tembang dolanan dan menyanyikan tembang dolanan apalagi karawitan karena mereka lebih sering mendengar lagu – lagu modern dan yang sedang trend saat ini,  mereka juga malas untuk belajar karawitan ( hal ini terkait faktor modernisasi dan globalisasi ). Ketiga, hampir sebagian besar stasiun televisi lebih sering menayangkan konser – konser boyband luar negeri, konser – konser artis luar negeri dibandingkan menayangkan seni tradisi Indonesia seperti pagelaran wayang, seni karawitan, dan tari – tari tradisional, dan yang lebih ironis lagi, ajang pencarian bakat anak di televisi memberi kesempatan kepada anak untuk menyanyikan lagu – lagu orang dewasa dibandingkan lagu anak – anak dan tembang dolanan atau pun melatih karawitan. Anak – anak sekarang seolah buta akan tembang dolanan seperti jamuran dan lain – lain. Hal ini menunjukkan adanya suatu pergeseran budaya karena arus globalisasi yang siap melenyapkan seni tradisi di Indonesia jika kita kurang selektif dalam mengadopsi kebudayaan luar yang masuk ke negara kita, dan kurang atau bahkan tidak peduli dengan seni tradisi Indonesia.
Keberadaan tembang dolanan saat ini terancam, jika dalam keadaan terancam kita tetap kurang selektif dalam mengadopsi kebudayaan dari luar, maka lambat laun tembang dolanan akan hilang dan tidak dikenal oleh anak cucu kita nantinya. Kita harus membuat pondasi yang kokoh agar kita mampu menghadapi tantangan globalisasi yang terus menghantam dan mengamcam tembang dolanan di Indonesia sehinggan generasi selanjutnya bisa mengenal seni tradisi Indonesia di masa mereka.
Tembang dolanan dan karawitan merupakan seni budaya hasil kreativitas nenek moyang kita yang terancam hilang dan kita berkewajiban untuk menjaga kelestarian tembang dolanan dan karawitan, jangan sampai pada generasi selanjutnya mereka justru belajar seni tradisi Indonesia dari orang asing yang antusias terhadap kebudayaan Indonesia dan mempelajari seni tradisi Indonesia di era sebelumnya. Oleh sebab itu, sebagai calon guru PAUD agar proses regenerasi dan transfer knowledge kebudayaan tradisi tetap berkelanjutan dan eksis di negara asalnya kita bisa memulai memperkenalkan tembang dolanan anak dengan memperdengarkan macam – macam tembang dolanan di sekolah, membuat sebuah inovasi tarian dengan menggunakan iringan musik tembang dolanan, dan melakukan permainan – permainan yang menggunakan tembang dolanan. Selain itu, kita juga bisa memperkenalkan anak kapada alat – alat gamelan dan memperdengarkan bunyi dari masing – masing alat, kita bisa membuat sebuah musik karawitan sederhana yang bisa dimainkan oleh anak, dan melakukan latihan – latihan karawitan, serta ajak anak untuk mengikuti kompetisi, dan jika dalam kompetisi belum bisa menang, motivasi anak untuk terus semnagat, jangan biarkan anak berfikir bahwa karawitan itu sulit untuk dipelajari. Hal lain yang dapat kita lakukan adalah dengan mengajak anak menghadiri pagelaran seni tradisi, dengan adanya penampilan nyata dari seni tradisi yang ditampilkan dengan menarik, maka akan muncul rasa ingin tahu mereka terhadap seni tradisi yang mereka sukai, dan kita harus memperlihatkan keunikan dan nilai – nilai yang terkandung dalam  tembang dolanan, bisa juga dengan menceritakan asal muasal tembang dolanan itu semenarik mungkin agar anak terangsang untuk mempelajari lebih lanjut dan membangun pengetahuan mereka tentang lagu dolanan. Dengan demikian, seni tradisi akan tetap eksis di negeri asalnya di masa depan.

Selasa, 11 Juni 2013

REVIEW "MIRACLE WORKER"



REVIEW FILM "MIRACLE WORKER"

Film The Miracle Worker merupakan film yang bercerita tentang seorang anak bernama Helen Keller yang menderita bisu, tuli, dan buta serta memiliki tingkah yang bisa dianggap “brutal.” Kedua orang tuanya sudah berusaha untuk menyembuhkan Helen, akan tetapi tidak ada hasil yang memuaskan sampai pada akhirnya mereka bertemu dengan Anne Sullivan. Anne Sulivan merupakan seorang perempuan yang juga hampir kehilangan penglihatannya di waktu kecil. Ketika Anne pertama kali sampai di rumah Helen, dia menemui Helen dan mengenalkan kata boneka untuk pertama kalinya pada Helen menggunakan jari. Kegiatan itu terus diulang sampai Helen mau mengikutinya. Kata berikutnya yang ia ajarkan pada Helen adalah “kue”. Walaupun Helen dapat mengulangi gerakan-gerakan jari ini, ia tidak dapat sepenuhnya memahami apa artinya. Dan ketika Anne berjuang untuk mencoba membantunya untuk memahami, ia juga mencoba berjuang mengontrol kelakuan buruk Helen yang terus berlanjut. Akan tetapi, karena ia merasa di rumah itu kurang kondusif untuk mengajari Helen, mereka pindah ke pondok kecil yang sebenarnya masih menjadi bagian dari rumah mereka. Disitulah Anne mulai mengajrakan berbagai kata dan mengubah perilaku buruk Helen, hingga helen bisa mengeja beberapa kata dan bisa merajut. Setelah sekian lama, keajaiban pun terjadi, Helen bisa mengeja beberapa kata meskipun belum sampai saat itu Helen belum juga memahami sepenuhnya arti kata-kata. Ketika sarapan, Helen kembali ke kebiasaannya dulu, dan ia marah dengan menyiramkan air pada Anne ketika Anne berusaha menghalanginya, kemudian Anne menuntunnya ke pompa air, dan memompa hingga Helen merasakan aliran air yang keluar dan disitulah semua itu berubah. Sewaktu Anne memompa air ke atas tangan Helen, Anne mengeja kata air ke sebelah tangan gadis itu yang bebas. Sesuatu tentang hal ini menjelaskan arti kata-kata itu ke benak Helen, dan Anne segera melihat di wajahnya bahwa Helen akhirnya mengerti. Helen segera meminta pada Anne nama dari pompa untuk diejakan di atas tangannya dan kemudian nama dari terali. Sepanjang jalan pulang ke rumah Helen belajar nama dari segala sesuatu yang disentuhnya dan juga menanyakan nama untuk Anne. Anne mengeja kata “Guru” ke atas tangan Helen. Dan akhirnya Anne terus menjadi guru Helen.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.


 Dalam kisah Helen Keller dalam film The Miracle Worker ini terdapat beberapa bentuk pengaplikasian teori-teori pembelajaran behaviorisme seperti yang dikatakan oleh Skinner (menggunakan operant conditioning : penguatan positif dan penguatan negatif), antara lain ialah: 1. Ketika Helen marah ibu Helen selalu memberikan permen untuk menjadikan Helen tenang, ketika Anne melihatnya, ia menegur ibu Helen, karena memberikan hadiah kepada Helen ketika melakukan kesalahan. Dan juga ketika Anne mengajari Helen ia membawa boneka untuk diberikan hadiah, dia mengejanya berulang – ulang sampai Helen mau menirunya dan apa yang diajarkan bisa Helen lakukan. (koneksionisme dan pembiasaan perilaku respon). 2. Anne membiasakan Helen menggunakan sandi tangan untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya untuk dipahaminya, bahkan mengajaknya berkeliling agar mengetahui dan memahami semuanya yang ada di lingkungan tempat Helen belajar dengan memanfaatkan lingkungan yang ada. Hingga akhirnya Helen dapat memahami apa yang diajarkan Anne melalui pembiasaan - pembiasaan yang telah diberikannya  (pembiasaan/conditioning). 3. Mengajari Helen mengeja kata-kata yang ia pernah rasakan, seperti memberinya kue, susu dan lain sebagainya untuk memudahkan pemahaman Helen. Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang (teori pembiasaan perilaku respon). 4. Membiasakan Helen makan menggunakan piring sendiri, sendok dan garpu dan mengeja kata bagus pada tangan Helen, dan juga menganggukkan kepala sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut (pembiasaan/conditioning) serta dilakukan berulang-ulang hingga Helen mampu melakukannya (teori pembiasaan perilaku respon).5. Dalam pembelajaran yang telah di ajarkan Anne merupakan pembelajaran yang membutuhkan waktu dan kesabaran, karena dalam pembelajaran ini perlu kebiasaan-kebiasaan dan pengaplikasikan atau pembiasaan.

            Meskipun teori behaviorisme berhasil digunakan Anne dalam mengasuh dan mengajar Helen, akan tetapi terdapat pula peran teori pembelajaran kognitivisme dalam prosesnya. Secara kognitif Helen tidak akan mau mempelajari apa yang diajarkan Anne kepadanya jika ia tidak memutuskan untuk mau diajari. Helen tidak akan memahami apa yang telah diajarkan oleh Anne kepadanya jika ia tidak menghendaki hal tersebut. Meskipun proses belajar itu dapat diamati secara langsung, akan tetapi proses belajar juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti halnya kehendak atau kemauan.


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
 

Rabu, 01 Mei 2013

Cerita untuk Anak Usia Dini Versi Ngapak

Hmm,, udah lama ni gag posting,, Nah kali ini aku mau berbagi tentang tugas kuliahku di semester 5 kemarin.
Semester 5 ada mata kuliah pengembangan bahasa dan seni tradisional untuk Anak Usia Dini,, nah untuk tugas akhir, kami diminta untuk membuat sebuah cerita dengan menggunakan bahasa dari daerah masing - masing ,, karena aku berasal dari daerah Cilacap, maka aku menggunakan bahasa Ngapak dalam cerita ku,,,
teretetetetetetettttt...... ini dia hasil karyaku


DHEWEK KABEH BATIRMU
Benny uripe nang kota. Pegaweane mlayu – mlayu, mbengok – mbengok, nguberi kucing, karo mbandhemi manuk. Sawijining dina, Benny aring gone pamanne sing nang desa. Jenenge Paman Mail, Paman Mail ngingu kewan akeh banget, ana sapi, wedhus, pitik, banyak, kucing, karo mbaung.
Seumur uripe, Benny urung tau weruh kewan seakeh kuwe. Kewan – kewane dibengoki, diuberi, malah ana sing dibandhemi.Kewan – kewan pada mlayu, trus umpetan. “Nangapa si bocah kae jahat temen kambi dhewek? Maganen dhewek kan batire. Masa dhewek diurak, diuberi, malahan dibandhemi karo watu. Apa ora ngerti nek dhewek batire? “ takone kucing karo kewan liane
“Kepriwe nek tek srudhuk ben kapok?” Sapi usul
“Iya, ngko tek uber – uber, tek sosor.” Banyak melu ngomong
“Nek perlu tek cokot nganti kelaran.” Mbaung ora gelem kalah
“Tapinen, nek dhewek kaya kuwe, ngko bocaeh nganggep dhewek musuhe, udu batire.” Wedhus ngomong
“Mendhingan, Benny diwaraih kon sayang aring kewan. Benny mung ora ngerti nek dhewek batire.” Sapi aweh saran.
“Nek kaya kuwe, dhewek bareng – bareng bae nyengi Benny ngomong.” Mbaung nambaihKewan – kewan mau marani Benny sing keturon nang ngisor wit. Benny kaget krungu suarane Sapi, trus wedi weruh kewan – kewan ngrubungi.
“Nangapa kowe nglarani kewan – kewan ? Maganen, dhewek kan batirmu.” Takonne Sapi
“Batire Nyong? Apa buktine? Kowe ra tau nglakokna apa – apa nggo Nyong.” Benny ngomong.
“Oh, dhewek wis nglakokna akeh nggo kowe Benny.” Sapi mangsuli.
“Nyong ra percaya.” Benny mbanggel.
“Kiye rungokna,” Sapi mangsuli maning
“Saben dina kowe nginum susu, maem roti karo mentega karo keju, kuwe kabeh kang Nyong.” Omonge sapi
“Nyong njaga umahmu,” Mbaung melu – melu ngomong
“Nyong aweh endhog nggo sarapan kowe karo gawe roti. Nangapa kowe malah mbandhemi Nyong kambi batir - batire Nyong karo watu, maganen wis akeh sing diwekna nggo kowe.”
“Ya ampun, aku bodho banget, ra ngerti nek kowe padha batire Nyong. Yakin, aku ra ngerti. Jan – jane Nyong udu bocah nakal, Nyong mung ra ngerti nek wis akeh sing diwekna nggo Nyong karo kluarga kang kowe – kowe padha.” Omonge Benny
Kawit kuwe Benny eman banget aring kewan. Benny ngrasa seneng nek bisa nyenengaken kewan – kewan sing ditemoni.

Minggu, 21 Oktober 2012

Komposisi dan Desain Tari


A.      Komposisi Tari
Komposisi tari merupakan seni membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-gerakan. Istilah komposisi tari bisa juga berarti navigasi atau koneksi atas struktur pergerakan. Hasil atas suatu pola gerakan terstruktur itu disebut pula sebagai koreografi. Orang yang merancang koreografi disebut sebagai koreografer.
Komposisi tari terdiri dari :
1. Bentuk (pose)
Bentuk (pose) adalah posisi tubuh sebelum bergerak. Terbagi menjadi empat, yaitu terbuka, tertutup, asimetris, dan simetris.
2. Gerak
Gerak adalah posisi tubuh menggerakkan bentuk.
3. Pola lantai
Pola lantai adalah arah atau garis langkah yang dilalui oleh penari. Pola lantai terbagi menjadi dua, lurus dan lengkung.
4.  Arah hadap
Arah hadap adalah arah posisi tubuh penari.
5.  Tataran atau level
Tataran atau level adalah tingkatan posisi tubuh penari. Terbagi menjadi tiga, bawah, tengah, dan atas.
6. Ekspresi atau penjiwaan

B.       Desain Tari
1. Desain Atas (Air Design)
Desain atas merupakan desain yang dilihat oleh penonton, yang  tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain atas ini  dapat pula dikatakan atau lebih tepatnya dengan istilah pose dalam tari, karena dilakukan di tempat. Oleh karenanya desain atas akan lebih jelas nampak apabila dilihat dari satu arah penonton atau dari depan.
2. Desain Datar
Desain datar adalah desain yang apabila dilihat dari arah penonnton, badan penari tampak dalam postur tanpa perspektif. Semua anggota badan dalam postur mengarah ke samping.
3.  Desain Dalam
Desain dalam adalah desain yang apabila dilihat dari arah penonton,badan penari tampak memiliki perspektif yang dalam. Beberapa anggota badan seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke depan, ke samping, dan menyudut.
4.  Desain Vertikal
Desain Vertikal adalah desain yang menggunakan anggota badan pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah.
5.  Desain Horisontal
Desain horisontal adalah desain yang menggunakan sebagian dari anggota badan mengarah ke garis horisontal.
6.  Desain Kontras
Desain kontras adalah desain yang menggunakan garis-garis silang dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila dilanjutkan.
7.  Desain Murni
Desain murni adalah desain yang ditimbulkan oleh postur penari yang sama sekali tidak menggunakan garis kontras. 
8. Desain Statis
Desain statis adalah desain yang menggunakan pose-pose yang sama dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

Rabu, 23 Mei 2012

Alasan Mengapa Anak Mengadu

Meski masih batita, si kecil pun "pandai" mengadu. seperti yang dikatakan Susanne Denham, profesor psikologi perkembangan dari George Mason University, Amerika Serikat, anak usia 18 bulan sudah bisa mengadu karena sudah muncul insting persaingan. Akan tetapi, perilaku mengadu si kecil berbeda dengan orang dewasa yang suka mengadu. Si kecil mengadu bukan hanya wajar, tetapi juga melatih kemampuannya berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu, sebagai orang dewasa kita harus mampu menyikapinya dengan bijak. 
Ada beberapa alasan mengapa si kecil mengadu, berikut alasan - alasan anak mengadu :
1. Moral
   Di usia batita, si kecil sudah mulai mengenal nilai moral. Dia bisa menilai perilaku anak lain apakah melanggar aturan atau tidak. Misalnya saja, ketika si kakak memukul si kecil, si kecil tau bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sebelumnya kita telah menjelaskan nilai - nilai moral, salah satunya " tidak boleh menyakiti (memukul) orang lain". Karena si kecil tak mampu mengatasinya, maka si kecil mencari dukungan dengan cara mengadukan perlakuan kakaknya.
2. Mendapat Perhatian
    Masa batita, merupakan masa paling menyenangkan karena pada masa itu ia menjadi pusat perhatian dan ttidak boleh ada orang lain yang lebih diperhatikan orang tuanya daripada si kecil. Anak akan mengadu ketika merasa dirugikan untuk mendapat perhatian, dan ketika aduannya itu mendapat respon, pembelaan, dan kemaunnya diperhatikan, si kecil akan melakukan hal yang sama ketika hari berikutnya ia merasa dirugikan. Meski demikian, hal ini merupakan hal wajar karena batita belum memahami proses berbagi, yang ia pikirkan yaitu orang tuanya memperhatikan si kecil, bukan orang lain.
3. Persaingan
    Mengadu bisa jadi merupakan wujud dari persaingan antara adik - kakak, hal ini sering terjadi pada anak yang usianya tak terlalu jauh apalagi anak sadar bahwa ia merupakan pusat perhatian sehingga ia merasa yakin ia akan mendapat dukungan apabila mengadu.
4. Menguasai
    Ibu seringkali meminta kakak untuk menjaga adiknya, pada saat itu si kakak merasa di beri mandat dan berkuasa terhadap adiknya sehingga ketika sang adik tidak menuruti perkataan si kakak, kakak akan mengadukan hal tersebut kepada ibunya.
5. Kurang Perhatian atau lebih diperhatikan
    Jika anak kurang diperhatikan, sangat mungkin ia akan sering mengadu. Hal ini karena pada masa batita memang butuh perhatian, terutama dari orang tuanya. Dan pada beberapa anak., meski sudah diperhatikan, seringkali anak merasa ingin diperhatikan lebih dari biasanya.
6. Orang tua tidak objektif
    Perilaku orang tua pun berperan dalam perilaku mengadu anak, yaitu orang tua sering berperilaku tidak objektif terhadap anak, Misalnya saja ketika si kecil menangis, orang tua langsung menyalahkan si kakak padahal belum tentu si kecil menangis karena ulah kakaknya, hal ini mengakibatkan ketika di lain waktu si kecil menangis karena ulah kakaknya, akan dengan mudahnya ia mengadu karena ia yakin akan mendapat dukungan dari orang tuanya.

Sumber :Nakita edisi 14-20 Mei
   

Sabtu, 05 Mei 2012

pengenalan sains pada anak usia dini


A.           Pengertian Sains

Begitu banyak definisi tentang sains, diantaranya :
·      Kata sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti pengetahuan.
·      Berdasarkan webster new collegiate dictionary definisi dari sains adalah “pengetahuan yang diperolehmelalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. 
·      Amin ( 1987), mendifinisikan sains sebagai ilmu bidang alamiah, ruang lingkup zar dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam ( natural science)vswepet fisika, kimia, biologi.
·      James Conant  ( Holton dan Roller : 1958 , mendefinisikan sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut.
·      Sumaji menyatakan bahwa sains secara sempit adalah Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ), terdiri dari physical sciences dan life science.


B.            Pentingnya Sains

Anak pada usia dini sudah dikenalkankan dengan  sains, hal ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Di sini ada beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada anak usia dini.
 
Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa :
1.         Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.
2.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak memiliki sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat dalam mengmabil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati – hati terhadapa informasi – informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.
4.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – nak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Dari uraian – uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :
-          Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.
-          Membantu melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
-          Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta kejadiandi luar lingkungannya.
-          Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.
-          Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membantu anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

C.           Tujuan Pengenalan Sains

Fungsi dan tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini :
·         Membantu anak usia dini menguasai produk sains.
- Membantu anak dalam pengenalan dan penguasaan :
a.  Fakta, yaitu hal yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.
b. Teori, yaitu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi.
c.  Konsep, yaitu rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
d.  Prinsip, yaitu asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir atau bertindak.
e.  Hukum, yaitu peraturan atau adapt yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
f. Istilah, yaitu kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas di bidang tertentu.
g. Proses, yaitu rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.
h. Problem solving, yaitu sebagai pemecah masalah yang dilakukan oleh hasil pemikiran sendiri.
- Membantu anak mengenali, menguasai kumpulan pengetahuan, menjelaskan yang diketahuinya itu secara memadai kepada orang lain dan menyampaikan cara-cara yang digunakannya.
·         Membantu anak usia dini menguasai proses sains :
- Membantu anak dalam penguasaan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menggali sains sehingga anak menguasai cara kerja yang ditempuh dalam menyingkap alam dan menyelesaikan masalah yang terkait di dalamnya.
- Anak secara bertahap dan sederhana diperkenalkan dengan cara atau proses mengungkap sains yang benar, seperti proses :
a. Mengamati, yaitu melihat dan memperhatikan dengan teliti.
b. Menggolongkan, yaitu membagi-bagi atas beberapa golongan.
c. Mengukur, yaitu menghitung ukurannya (pangjang, besar, luas, tinggi, dsb) dengan alat tertentu.
d. Menguraikan, yaitu melepaskan hubungan bagian-bagian dari induk atau pusatnya.
e. Menjelaskan, yaitu menerangkan; mennguraikan secara terang.
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam.
g. Merumuskan problem, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) suatu masalah dengan ringkas dan tepat.
h. Merumuskan hipotesis, yaitu menyebutkan (menyimpuklan) sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
i. Merancang penyelidikan termasuk eksperimen, yaitu membuat percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori.
j. Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu mengumpulkan dan melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
k. Menarik kesimpulan, yaitu mengambil keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif, dan sebagainya.